Pura Tirta Empul Desa Adat Apuan, Desa Apuan, Kecamatan Susut, kabupaten Bangli.Tempat pura ini disebut dengan penghulun tukad (hulu sungai), di mana sumber air sungai juga mengalir dari pura ini. Karena terdapat tiga buah sumber mata air yang ikut mengaliri sungai.
Mangku Srigati menjelaskan, Pura Tirta Empul merupakan tempat beryoganya Rsi Markandya ketika berada di Bangli. Kala itu masih di bawah kekuasaan Raja Tamanbali. Diberikan nama Tirta Empul, lanjutnya, karena terdapat tiga buah kepulan mata air yang berasal dari tempat tersebut. Pada jaba tengah terdapat dua sumber mata air yang biasa digunakan untuk Mlasti ketika pelaksanaan piodalan pada pura khayangan tiga setempat. "Sumber mata air pada jaba tengah khusus untuk pelaksanaan Dewa Yadnya saja," terangnya.
Ada dua buah telaga di sebelah kanan dan kiri pura. Pada telaga kanan dilengkapi bale agung di tengah telaga. Sedangkan yang kiri tidak ada bale agung. "Kedua telaga tersebut sebagai lambang Brahma dan Wisnu. Simbol Brahma yang berisikan bale agung dan simbol Wisnu telaga yang hanya kolamnya saja.
Dikatakannya, warga setempat menggunakan air yang berada di jaba sisi sebagai minum sehari-hari dan Tirta berfungsi untuk melebur mala pada diri. Ada juga tirta pangentas yang pancurannya sudah dipisahkan tempatnya.
Jadi, dua sumber mata air yang di jaba tengah untuk ke luhur (dewa yadnya), sedangkan tirta yang ada pada jaba sisi untuk kateben (pitra dan manusa yadnya), sebagai pamuput pangabenan atau malukat.
Saat piodalan di pura khayangan tiga, semua sasuhunan Mlasti ke sini. Semua tapakan yang berstana di Kahayangan Tiga dan Subak dilinggihkan di jaba tengah.
Selain itu, jika ada yang melaksanakan mabayuh (upacara hari lahir) diperkenankan malukat pada jaba tengah. Tetapi jika malukat biasa cukup hanya di pancuran jaba sisi saja. Sarananya cukup menghaturkan canang atau sebuah pajati.
Pura yang terletak di atas sungai dan di bawah tebing ini, memang terlihat sangat mistis. Apalagi ada patung macan yang ada di bawah beringin besar. Pada areal tersebut diyakini sebagai tempat penetralisasi ilmu hitam.
Pura diamong oleh Adat Desa Apuan sendiri. Terdiri atas dua banjar, yaitu Banjar Apuan Kaja dan Banjar Apuan Kelod. Jumlah krama yang mangempon 238 krama banjar pangarep. Pelaksanaan piodalan pada Buda Wage Merakih dilakukan bergiliran setiap enam bulan. Sedangkan nyejer selama piodalan berlangsung hanya tiga hari.
Pada hari-hari suci seperti Purnama, Tilem, dan Kajeng Kliwon. Kebanyakan mereka yang datang untuk malukat, di samping ada pula hanya untuk sembahyang. "Pura ini diyakini sebagai linggihnya Bujangga, maka setiap piodalan berlangsung tidak dipuput oleh seorang Pedanda,"
Bagi yang ingin melukat ke pura ini dibuka untuk umum, dan memakai sarana pejati, untuk lokasi Desa Adat Apuan, Desa Apuan, Kecamatana Susut, Kabupaten Bangli.
Dengan Pemongmong Jro Mangku Srigati. pura setempat.
Admin Desa